Segala pernak-pernik dalam pertunjukan wayang itu memiliki makna-makna simbolik yang filosofis. Pun demikian halnya dengan komponen pembentuk pertunjukan itu. Komponen yang harus ada dalam setiap pertunjukan wayang kulit adalah blencong, kelir, dalang, wiraswara, sinden, wiyaga, dan gamelan, dan wayang.
Blencong
Blencong adalah lampu yang berada tepat di atas Ki Dalang. Fungsinya untuk memberikan pencahayaan kepada wayang, yang dengan demikian bayangan wayang dapat terlihat dibalik kelir (layar).
Fungsi Blencong adalah sebagaimana fungsi matahari. Ia adalah sumber kehidupan segala sesuatu yang terjadi di jagad raya. Blencong yang menyala itu memberikan petunjuk bahwa kehidupan tengah berlangsung. Bila blencong padam, maka berakhirlah kehidupan.
Kelir
Kelir adalah layar putih yang membentang di tengah pertunjukan. Ia memisahkan dalang dan stafnya dengan penonton. Di bagian sisi dalang, wayang-wayang ditancapkan pada batang pisang, menyisakan sepertiga bagian di tengah layar sebagai ajang ki dalang memperagakan pertunjukan.
Secara simbolik, kelir mewakili alam semesta, dimana seluruh wayang (seluruh makhluk hidup ciptaan Tuhan, antara lain: manusia, binatang, atau tumbuhan) tengah melakukan aktivitasnya atau melangsungkan kehidupannya.
Dalang
Ki Dalang adalah seorang yang memainkan wayang-wayang pada sebentang kelir. Ia melambangkan Tuhan, sang sutradara kehidupan dengan wayang sebagai simbol dari para makluknya.
Wiraswara, Sinden, Wiyaga, dan Gamelan
Wiraswara, Sinden, Wiyaga, dan Gamelan adalah asisten Sang Dalang yang menjadi pelengkap pertunjukan wayang. Mereka menjadi bumbu penyedap pertunjukan. Tanpa kehadiran mereka, pertunjukan wayang menjadi kurang menarik.
Wayang
Wayang adalah figur yang memiliki beragam bentuk, yang mewakili tokoh-tokoh yang diceritakan dalang. Wayang kurawa dipajang di sebelah kiri dalang, dan wayang pandawa di sebelah kanan. Kanan dan kiri sendiri adalah simbol kebenaran dan kebatilan.
Pada setiap figur wayang itu terdapat berbagai ornamen yang masing-masing memiliki makna tersendiri yang tidak di bahas di artikel ini.
JIWA, RAGA, DAN RUH
Sekalipun diperkenankan untuk menonton dibelakang layar, menonton pertunjukan wayang yang benar adalah dibelakang kelir. Jadi, yang dinikmati para penonton adalah bayangan wayang, bukan wayangnya sendiri. Sementara itu, bayangan itu sendiri mengada, karena keberadaan Blencong, yakni lampu yang berada di atas Ki Dalang.
Makna yang tersembunyi dari simbol-simbol ini adalah bahwa segala yang kita lihat dalam kehidupan ini sesunguhnya hanyalah bayang-bayang dari sesuatu yang berada di alam lain. Raga kita, itu hanyalah bayang-bayang. Ia adalah cerminan dari Sang Jiwa yang berada di sebelah sana. Dan adalah Ruh, yang menjadikan kita hidup. []
Posting Komentar
Posting Komentar